الأحد، جمادى الأولى ٠٢، ١٤٢٥

Nisan tanpa Nama



Ada perih yang mengalir pilu
Jilati nanah peradaban
Berlenggok pada keniscayaan jaman
Menendang-nendang naluri pekat kehidupan
Menginjak jemari keruh garuk nurani
Meleleh-leleh berkecipak dalam sungai kematian
Merona pudar pada gerak malam
Meliuk getarkan gelora hasrat dibawah jendela
Gerogoti lentera yang kian buram
Sinariku,
Sembunyi dibalik ketiak selimutmu
pucat, biru, abu-abu
mati, tanpa pesan.


Blogged by Upay on ١٢:٤٨ ص

Comments:

~~~

Pent up emotion


Bila kunikmati hari-hariku dengan yang lain
Dan tertawa bahagia bukan denganmu
Kupikir, mungkin kau tak pernah peduli
Pun bila ku telah lama menanti
Sedang kau berpura tak ingat janji
Dan bosanku mulai menari
Kupikir, mungkin kau pun tak pernah peduli

Lalu bila kubuat suatu solusi
Dan pecahkan fusi kita
Kan kah pedulimu ada ?


Blogged by Upay on ١٢:٣٢ ص

Comments:

~~~

الخميس، ربيع الآخر ٢٩، ١٤٢٥

LETUP

Kau penjarakanku dalam ego posesifmu
Kau paksaku lahirkan ikhlasku sujud bakti pada titahmu
Kau namakan itu kesetiaan, kepantasan

Kau paku kakiku pada belantara hidupmu
Cemoohi pilihan selera jiwaku
Cekokiku dengan fatwa reliji yang putarkan pahammu sendiri
Kau namakan itu kebersamaan

Aku muak bergelut dalam kelakar bahagia yang kau suguhkan
Aku jengah dengan riak cerita mimpi kehidupanmu
Bosanku menggila raungi pilihanku
Kau namakan itu ketidakbersyukuran

Tak tersisa lagi sabarku
Tak tersisa lagi teduhku
Yang tinggal Cuma maki dan gerutu


Blogged by Upay on ١٠:٤٨ ص

Comments:

~~~

الثلاثاء، ربيع الآخر ٢٠، ١٤٢٥

Bunda,
Mengapa ayah menciumiku seperti ia menciumi Bunda ?
Dan memelukku seperti ia memeluk Bunda ?
Ia juga himpitiku seperti ia himpiti Bunda..
Nafasnya bertalu menyebar bau busuk
Apakah ayah mabuk, Bunda ?

Bunda,
Tadi malam ia paksaku memijat punggungnya yang terluka
Dan mintaku jilati nanahnya dengan airmata
Tak peduli rontaku sesakkan dada
Muakku seruak tak bersuara
Dalam lolongan tangisku nantikan Bunda yang tak kunjung tiba

Bunda, Bunda dimana ?
Mengapa tiap orang tatapiku pilu
Dan ratapi sosokku biru
tiap kali kubasuh kebaya jingga Bunda
yang ternoda peluh ayah tiap pulang kerja

Bunda, Bunda dimana ?
Sunyi ini mendekap jendela hatiku
Lontarkan tubuhku seringan kapas
Layangkan selendangku berbalur semerbak melati
bidadari-bidadari turun mandikanku dengan air surga
Genggam tanganku beku
Katanya, Bunda menantiku di beranda..
Ah, Bunda....









Blogged by Upay on ٣:١٠ ص

Comments:

~~~

If you interested in content, please contact the Writer: Rusnita Saleh :

The Enterprise
The Internship Services
The Publishing
The Publications & Distribution
The Learning Talks
Knowledge Sharing

Telegram Buat Dian
Secret Code
Explore the Secret Code
Knowledge Center: How to Tips
Techno-Ettiquet
Agenda Puasa
Haji & Umrah : How to books


The Stories Blog
Healthy corner
Relax Corner
Workshop
Learning Steps

Telegram Buat Dian

Secret Code

telegramdian.groups.yahoo.com

Blogger

Counter

Free Counter

online

Designer

Picture by AC Barnes